Minggu, 22/08/2010, 16:51:00
Hadiah DVD dan Handphone, Pengedar Judi Lotre Ditangkap
Kuntoro

Pengedar lotre, Nono Sutrisno, warga Desa Patuanan, Kabupaten Majalengka ditangkap warga Desa Pamulihan bersama barang bukti. (FT: Kuntoro)

PanturaNews (Brebes) - Pengedar judi lotre dengan hadiah DVD Player, Handphon, rokok dan lannya, dibekuk dan digelandang warga ke rumah Kepala Desa (Kades) Pamulihan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Pasalnya, selama ini peredaran judi lotre itu membuat resah warga, apalagi di bulan Ramadhan ini.

Adalah Nono Sutrisno, warga Desa Patuanan, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Saat mengedarkan lotre di Desa Pamulihan, Minggu 22 Agustus 2010 siang, ditangkap warga dan digelandang ke rumah kepala desa (kades) setempat. Namun setelah dimintai keterangan dan mengaku tidak akan mengulangi perbuatannya, pengedar lotre yang istrinya sedang hamil itu dilepas.

Nano ditangkap warga bersama sejumlah barang bukti (BB) berupa 4 paket lotre sisa di warung dan 2 paket lotre baru siap edar, 1 buah DVD Player dan 1 buah handphone merk Nexian G381i, serta barang-barang lainnya.

Kades Pamulihan, Madris mengkui bahwa selama ini peredaran lotre dengan hadiah DVD dan handphon itu sangat meresahkan warganya. Karena itu, aparat desa bersama warga mengamankan pengedar lotre yang beroperasi di wilayahnya, agar masyarakat tidak resah dan bisa tenang menjalankan ibadah puasa.

“Kami masih memberikan toleransi. Kami melepas Nano, dengan catatan membuat surat pernyataan tidak akan melakukan perbuatan yang sama, yaitu menjual dan mengedarkan judi lotre. Tapi kalau ternyata kemudian hari didapati masih mengerjakan perbuatan yang sama, kami akan langsung membawanya ke proses hukum,” kata Madris.

Menurut keterangan Nano saat diinterogasi, satu paket lotre terdiri dari 3000 kertas undian (lintingan) yang masing-masing harganya berkisar Rp 250 – Rp 500 tergantung besarnya hadiah. Untuk satu paket dengan harga satu lintingan Rp 250, pihak warung penjual membeli ke pengedar sebesar Rp 600 ribu.

Modal untuk pembuatannya, diperkirakan hanya menghabiskan dana Rp 350 ribu. Hadiah utama berupa DVD atau handphone, letaknya diberi tahu oleh pihak pengedar sebagai bonus warung yang menjualnya. “Saya hanya mendapatkan prosentase sebesar Rp 30 ribu untuk setiap paket. Tapi saya kapok tidak akan mengulangi lagi,” tutur Nono sambil menangis.

Ketika didesak siapa bos judi lotre tersebut, Nano mengaku tidak tahu. Menurutnya, bosnya berasal dari Cirebon, namanya Doni, tapi Nano belum pernah ketemu. Dia memdapatkan paket lotre dari temannya. "Bosnya yang saya tahu namanya Doni, saya sendiri belum pernah ketemu orangnya. Karena selama ini barang diantar teman saya ke rumah," ujarnya.

Sementara tokoh agama Desa Pamulihan, Ustad Takhuri yang turut memberi pembinaan, mengatakan bahwa menjual lotre adalah pekerjaan haram karena itu termasuk judi. “Kalau melihat modusnya, pengedar lotre tersebut merupakan sindikat karena tidak diketahui siapa bos atau bandar besar dibelakang para pengedarnya,” tuturnya.

Menurut Takhuri, pengedar dan warung penjual juga bisa dikenakan pasal pidana yang berlapis, karena selain tindak pidana perjudian juga ada unsur pembodohan masyarakat atau bahkan penipuan. Indikasi tersebut didapat atas pengakuan Nono yang menyebutkan, bahwa letak undian yang menjukkan hadiah utama dikasih tahu oleh pihak pengedar sebagai bonus warung yang menjualnya.


 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita