Selasa, 19/09/2017, 09:44:22
Aja Mung Ngersula
Oleh : Roziqien Manshur Al-Makhaly

Roziqien Manshur Al-Makhaly

Orang sering diingatkan supaya bersikap bijak. Sikap kekanakan atau emosional dianggap kurang afdhol. Oleh karena itu, sering ada imbauan untuk mengambil ibroh atau pelajaran atau hikmah pada peristiwa yang telah lalu. Bung Karno memberikan pesan jangan sekali-kali meninggalkan ataupun melupakan sejarah, yang untuk memudahkan orang mengingat sering disingkat jasmerah.

Beragam Reaksi

Hari-hari terakhir ini warga masyarakat kota Tegal tengah dihebohkan oleh kejadian tragis OTT KPK terhadap Walikota Tegal, Siti Mashita. Ada beragam reaksi yang ditunjukkan dalam menyikapi peristiwa yang dianggap membikin hati menjadi masygul itu.

Sebagian warga kota Tegal ada yang melampiaskan unek-uneknya yang dimanifestasikan dengan mengambil cara cukur gundul, slametan nasi kuning, demo dan pasang spanduk/banner, bahkan melakukan sujud syukur. Ada bermacam perasaan yang muncul beraduk menjadi satu; ada rasa marah, jengkel, gondok, benci dan lain sebagainya.

Perasaan galau warga masyarakat kota Tegal ini dapat dimaklumi, mengingat kejadian OTT KPK adalah sesuatu yang dramatis dan tragis. Di satu sisi dianggap bernuansa melambangkan hancurnya kebathilan dan di sisi yang lain dimaknai sebagai pertanda bangkitnya kebenaran/ keadilan. Tetapi, euforia warga masyarakat kota Tegal tersebut menjadi terasa tak elok jika dibiarkan berkepanjangan.

Tuntunan Moral

Ada baiknya kita memperhatikan tuntunan moral dari tokoh ulama HAMKA dalam buku “Menunggu Beduk Berbunyi”. Dalam buku tersebut, HAMKA mengajak kita untuk hendaknya bersikap "janganlah mentertawakan orang yang jatuh, tapi bersyukurlah bahwa kita tidak jatuh".

Oleh karena itu, sebaiknya marilah kita berfikir nuchter, berfikir yang tenang dan jernih dalam menyikapi peristiwa yang mengharu biru warga masyarakat kota Tegal tersebut. Coba marilah kita cermati kembali dengan merunut pertanyaan; peristiwa-peristiwa apa saja yang patut kita dalami dan pahami untuk menyikapi terjadinya OTT KPK terhadap Siti Mashita Walikota Tegal ?

Ayolah saudara-saudaraku warga masyarakat kota Tegal, kita merenung sejenak untuk mengingat kembali, apa yang terjadi pada tahun 2013 tatkala diselenggarakan kegiatan yang bersejarah yakni Pilwalkot/Wawalkot Tegal. Kala itu, Pilwalkot/Wawalkot Tegal diikuti oleh 4 pasangan calon (paslon).

Siapa saja 4 paslon itu dan bagaimana hasil pemungutan suara yang diperoleh masing-masing paslon? Inilah catatan hasilnya 1) Ikmal Jaya dan Edi Suripno (30,47%); 2) M. Jumadi dan M. Wahyudi (7,01%); 3) Siti Mashita dan Nursholeh (45,23%); dan 4) Hendria P dan Endang S (6,33%).

Catatan Sejarah

Berdasarkan catatan sejarah yang dipaparkan di atas, maka paslon Siti Mashita dan Nursholeh berhak dinyatakan sebagai pemenang dan mengalahkan 3 paslon yang lainnya. Sehingga paslon Siti Mashita dan Nursholeh secara resmi dilantik pada 23 Maret 2014, masing-masing sebagai Walikota dan Wakil Walikota Tegal.

Wahai saudara-saudaraku warga masyarakat kotaTegal, cobalah berkenan untuk mawas diri, introspeksi dan dengan kerendahan hati mau mengakui atas realitas fakta-fakta yang disebutkan di atas. Selanjutnya yang menjadi pertanyaan besar dan terpenting adalah "siapakah yang berhak, punya otoritas dan mampu men-drive untuk menjadikan Paslon Siti Mashita dan Nursholeh berhasil memenangkan kontestasi Pilwalkot/Wawalkot Tegal sehingga membuat 3 paslon lainnya menjadi pecundang?"

Sportif dan Jujur

Bayangkanlah, paslon nomor urut 1 yang terdiri dari Pak Ikmal Jaya dan Pak Edi Suripno, notabene masing-masing adalah incumbent/petahana Walikota Tegal dengan Ketua DPRD Kota Tegal. Nampak jelas, paslon nomor urut 1 adalah paslon yang kuat dan dahsyat, tetapi ternyata dapat terkalahkan juga. Bukan main, hebat kan?

Oleh karena itu, wahai saudara-saudaraku warga masyarakat kota Tegal yang sangat kami cintai dan sayangi, marilah kita bersikap sportif dan jujur dalam memberikan jawaban atas pertanyaan besar di atas, bahwa betapapun kecilnya tentu ada andil peran dari pihak warga masyarakat kota Tegal sendiri yang imbasnya berjalin berkelindan dengan terjadinya kemelut yang dialami sekarang.

Artinya lebih lanjut bahwa terjadinya 'gegeran' atau 'goro-goro' yang sekarang bikin galau fikiran dan perasaan yang menghantui warga masyarakat kota Tegal, adalah akibat dari andil 'ulah pilihan' elemen warga masyarakat kota Tegal sendiri dalam penyelenggaraan Pilwalkot/ Wawalkot Tegal 2013 yang lalu. Sebuah kenyataan yang terasa pahit dan juga memprihatinkan!

Berkorelasi Sangat Erat

Jadi, maafkan, jika dengan berat hati kami memberanikan diri untuk kembali menegaskan bahwa membuncahnya paket kemelut yang menggelegak sekarang, berkorelasi sangat erat dengan faktor ‘ulah pilihan’ elemen warga masyarakat kota Tegal sendiri pada pelaksanaan Pilwalkot/ Wawalkot Tegal 2013 yang lalu.

Hikmah yang patut diperhatikan dari Pilwalkot/ Wawalkot Tegal 2013, menjadi preseden penting bagi kita semua tanpa kecuali, bahwa pembelajaran menuju ‘demokrasi yang berkualitas’ senantiasa harus terus diupayakan peningkatannya. Berdemokrasi yang berkualitas menjadikan suatu gelaran elektoral diharapkan mampu menjaring untuk mendapatkan pejabat publik yang terjaga kualitas integritas, kredibilitas dan kompetensinya sesuai kualifikasi yang diharapkan.

Harapan

Akhirnya, ala kulli hal, sebaiknya kita mengambil sikap yang positif, prospektif, dan produktif "AJA MUNG NGRESULA". Pilwalkot/ Wawalkot Tegal 2018 yang akan datang sudah di depan mata. Kami mengajak warga masyarakat kota Tegal, marilah bersiap dengan semangat, menyongsong, dan menyambutnya dengan penuh optimisme.

Tidak lupa untuk memanjatkan doa semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan petunjukNya agar warga masyarakat kota Tegal diberikan Walikota/Wakil Walikota terbaik. Semoga Walikota/Wakil Walikota Tegal yang terpilih nanti berkomitmen kuat untuk kebaikan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kemajuan warga dan kota Tegal di masa yang akan datang demi mewujudkan gagasan besar menuju TEGAL MONCER KOTANE BAHAGIA WARGANE. Amien ya Robbal alamien.

(Penulis adalah kelahiran Tegal, pensiunan, peminat masalah sosial, budaya, dan keagamaan; dan pecinta kota Tegal sepenuh hati)

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita